Mengurangi Tindak Bullying Dengan Menjadikan Profil Sekolah Ramah Anak

Mengurangi Tindak Bullying Dengan Menjadikan Profil Sekolah Ramah Anak

Menyoroti berbagai kasus kekerasan yang menimpa anak - anak saat ini, sungguh terasa menyayat hati jika kita melihatnya. Kekerasan demi kekerasan baik kekerasan fisik maupun kekerasan mentalnya seakan sudah menjadi sajian kita sehari hari. Dunia anak adalah sesungguhnya identik dengan dunia bermain, tentu lingkungan sekitar anak baik di rumah maupun di luar rumah harus menjadi taman bermain bagi mereka, namun berbeda dengan kenyataan yang ada. Banyak saat ini lingkungan di sekitar anak termasuk keluarga, malah menjadi bagian dari kekerasan yang menimpa anak.

Salah satu tempat kedua selain rumah yang paling lama di singgahi anak setiap harinya adalah sekolah. Sekolah adalah tempat mencari pengalaman baru di luar dunia keluarga untuk bersosialisasi, belajar, bermain dalam membentuk karakter dan kepribadiannya. Sekolah juga menjadi tempat berlindung jika lingkungan keluarga dan kerabatnya tidak mendukung perkembangan kepribadiannya. Namun saat ini masih banyak sekolah sekolah yang masih kurang mempedulikan tentang anak. Masih banyak bulliying yang terjadi di sekolah akibat kurang pengawasan oleh guru dan pihak sekolah.
Mengurangi Tindak Bullying Dengan Menjadikan Profil Sekolah Ramah Anak
Sebelum saya akan coba membeberkan bagaimana sebenarnya profil sekolah yang ramah anak, saya ingin membawa sobat melihat dari berbagai sudut pandang mengapa masih saja sering terjadi bulliying baik secara fisik dan mental terhadap anak. Pertama adalah dari sudut pandang anak, perlu sobat pahami sebagian anak laki laki usia sekolah saat ini jika berada disekolah lebih sering mengikuti kata temannya dari pada apa kata guru dan orang tua, sehingga perilaku untuk mengganggu siswa lain yang lebih lemah sangat berpotensi jika mereka sedang berkumpul bersama baik didalam kelas maupun diluar kelas.Selain itu lingkungan keluarga dan sekitarnya kebanyakan yang membentuknya menjadi anak yang lebih sensitif dan tidak bertanggung jawab.Perilaku negatif di tengah keluarga maupun masyarakat yang menjadi konsumsinya setiap hari, bisa jadi sekolah akan menjadi tempat lampiasannya bersama teman temannya.Ingat, masa anak anak adalah masa meniru dan penasaran untuk mempraktekkan.Saya sebagai seorang pendidik sering mendengar perkataan kotor yang diucapkan oleh seorang anak gara gara masalah kecil, bahkan kadang saat mereka sedang bercanda.kemudian, sikap dan perilaku anak yang tidak mandiri dan pemalas akibat dari pola asuh yang selalu memanjakan anak tanpa memberikan rasa tanggungjawab. Kedua, Sekolah dan guru. Sekolah sebagai tempat bersosialisasi masih saja seakan memberi celah kepada anak untuk melakukan bullying walaupun segala nasehat dan himbauan selalu disampaikan kepada anak, ini akibat sifat anak yang tidak punya rasa tanggungjawab sendiri terhadap perbuatannya (tidak mandiri). Memang idealnya seluruh aktifitas anak di sekolah tidak boleh luput dari pantauan guru, karena jika tidak ada guru maka kesempatan untuk bulliying akan semakin besar.Jumlah siswa setiap kelas juga menjadi pertimbangan, memang paling ideal adalah berjumlah 32 per kelas. Semakin besar sekolah yang mempunyai jumlah rombongan belajar, semakin besar pula potensi terjadinya tindakan bullying disekolah.  Ketiga, Orang Tua. Saya sudah menyimpulkan bahwa 80 s/d 90 persen siswa yang bermasalah adalah berasal dari keluarga yang bermasalah terutama adalah masalah ekonomi keluarga, seperti orang tua yang bercerai, di tinggal merantau oleh orang tuanya, tinggal bersama keluarga lain yang sesungguhnya ini adah potensi besar untuk memancing perilaku anak untuk berbuat tidak baik tanpa pengawasan dan nasehat dari orang tuanya. Jika identitas perilaku anak seperti ini dibawa ke sekolah maka akan semakin besar potensi tindak bullying di sekolah.

Nah, membuat sekolah menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi anak sekaligus menjadi tempat tameng menempah perilaku yang  sudah dibentuk di lungkungannya tidaklah mudah. Perlu ada keseriusan dari semua pihak baik guru, Kepala Sekolah, Dinas Pendidikan dan Pemerintah pusat.Guru dengan beban kurukulum dan 24jam mengajar menurut saya lebih mengejar aspek keilmuan siswa dari pada memperbaiki perilakunya, seharusnya tersedia waktu bagi guru untuk memberikan sentuhan hatinya ,Demikian juga sebagai garda terdepan, guru juga harus mampu menjadi contoh perilaku siswa baik dari ucapan, berpakaian, tindakannya dan lain lain.Pada awalnya guru juga harus ekstra ketat mengawasi segala perilaku siswa disekolah sebelum mereka terbiasa dengan perilakunya yang baru. Sekolah juga harus menyediakan dana untuk menyediakan fasilitas pemantau CCTV untuk melihat perilaku anak. Demikian juga dari segi kebijakan, terutama nilai moral dan akhlaq adalah yang utama dari pada nilai akademis siswa. Sudah saatnya pemerintah juga memberi perhatian bagaimana cara memberikan pelatihan kepada para pendidik tentang cara mendidik moral siswa, menyeleksi calon guru yang mempunyai perilaku dan track record mendidik yang baik dan melakukan pengawasan dan evaluasi tentang kinerja pendidik terutama dalam hal pendidikan yang bertumpu pada akhlaq dan moral.

Salah satu usaha sekolah untuk menjadikan sekolah ramah Anak adalah membrikan keleluasaan siswa dengan memberikan waktunya untuk belajar dan bermain diluar kelas .

Tidak bisa dijamin bullying akan lenyap dari perilaku siswa selama masih ada interaksi sosial antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Tapi tugas kita adalah meminimalisir tindakan kekerasan dengan cara preventif maupun dengan cara pencegahannya.

Advertisement

Baca juga:

------------- READ NEXT -------------