Guru Idola, Perlu Atau Buang Buang Waktu

Guru Idola, Perlu Atau Buang Buang Waktu

Bagaimana seorang pendidik bisa dikatakan sebagai pendidik yang baik ? Apa karakter dan kriteria yang harus dimiliki pendidik yang baik?   Apakah kategori pendidik yang baik termasuk menjadi idola para siswanya ?. Pertanyaan pertanyaan ini menjadi pertimbangan apakah memang mencari guru yang diidolakan siswa itu masih relevan dimasa sekarang ini atau tidak. Tulisan kali ini penting dan perlu kita pahami bahwa guru bukanlah segalanya. Guru bisa menjadi inspirator, teman curhat yang baik, tempat berbagi ilmu pengetahuan dan lain lain jika siswa punya niat dan menginginkannya. Namun jika siswa tidak menginginkannya tanpa ada dukungan orangtua untuk berbagi dengan guru satu persepsi dalam mengembangkan potensi dan karakter guru tidak ada apa apanya. Ada satu dilema dimana di satu sisi siswa butuh contoh perilaku seorang guru untuk meningkatkan karakternya disisi lain siswa juga tidak menyadari bahwa guru mendisiplinkan siswa sendiri dengan punishment punishment mendidik ternyata juga  membuat siswa enggan menjadikannya sebagai guru idola padahal hal tersebut untuk memperbaiki karakternya. 

Guru Idola, Perlu Atau Buang Buang Waktu


Sebelum kita membahas lebih jauh tentang guru idole sebaiknya kita menyamakan persepsi dulu tentang kata idola. Menurut KBBI idola adalah orang, gambar, patung, dan sebagainya yang menjadi pujaan. Nah, Dari sini jika mengacu pada kata idola adalah orang yang menjadi pujaan sepertinya harus difahami mendalam. Dipuja dalam hal apa. Apakah guru harus menuruti kemauan siswa agar dipuja dan dianggap idola oleh siswanya. Jawabnya tentu tidak. Namun kecenderungan memang guru yang berperilaku memberikan berbagai kelonggaran dalam hal disiplin malah cenderung menjadi idola siswa ketimbang guru yang punya manajemen pengajaran yang baik,  unik dan menarik.


Dulu siswa acap kali memberikan gelar “guru favorit” atau “guru idola” kepada satu-dua orang guru. Hal ini memang siswa masih mau mendengarkan nasehat guru tanpa harus menghadirkan orang tuanya di sekolah. Bahkan pada periode tertentu misalnya kenaikan kelas, tidak jarang terdapat angket pemilihan guru favorit dan siswa memvote dan hasilnya diumumkan kepada siswa. 


Menurut saya tidak ada yang salah dengan pemilihan guru idola atupun favorit asalkan kriteria kriterianya jelas. Poin poin yang ada didalam angket dibuat sedemikian rupa agar mengarah kepada kualitas pengajaran bukan hanya pada menuruti kemauan siswa saja. Demikian juga responden yang terlibat tidak hanya siswa saja namun seluruh warga seklah juga harus diambil vote nya.


Jika hanya ambil vote pilih siapa yang kamu anggap guru paling favorit menurutmu tanpa ada kriterianya, hal ini akan menjadi sia sia saja apalagi tidak lagi dalam konteks pendidikan. Siswa akan memilih guru favorit berdasarkan versi mereka tanpa ada alasan mengapa memilihnya. 


Jadi guru idola bukanlah satu tujuan yang wajib dalam konteks pembelajaran di sekolah namun menurut saya lebih kepada untuk menggairahkan kembali pembelajaran, namun sekali lagi buat kriteria krioteria yang jelas.


Advertisement

Baca juga:

------------- READ NEXT -------------