Catatan Permasalahan UNBK Dari Seorang Proktor

Catatan Permasalahan UNBK Dari Seorang Proktor

Perhelatan besar Kemdikbud setiap tahun dibulan April adalah Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Di tahun 2019 ini diikuti oleh 7 juta lebih siswa baik tingkat SMA, MA, SMK, SMP mupun MTs. Walaupun konsep ujian hanya mengubah yang biasanya menggunakan alat tulis dan kertas, kini menjadi komputer jaringan sebagai tumpuan utama untuk ujian nasional, namun banyak hal yang harus menjadi perhatian bersama. Catatan positif yang harus diacungi jempol adalah kecurangan dalam menjawab soal bisa diminimalisir bahkan bisa diberantas tuntas. Namun dibalik itu banyak masalah tersisa baik yang bertanggungjawab langsung terhadap suksesnya pelaksanaan UNBK seperti pihak sekolah, proktor dan teknisi maupun yang tidak langsung seperti siswa dan orang tua siswa. Catatan saya kali ini akan mencoba menulis seberapa masalah tersisa tersebut yang bisa menjadi evaluasi terutama dipandang dari dari sisi seorang Proktor seperti saya yang merupakan salah satu pilar utama dalam mensukseskan UNBK. Berikut ulasan selengkapnya :


1. Kualitas Infrastruktur Komputer, Listrik, Jaringan Internet yang sangat minim

Catatan pertama yang harus diatasi bersama baik oleh pemerintah maupun stake holder lainnya adalah pengadaan komputer itu sendiri. Sekolah tentu tidaka akan mampu mengadakan perangkat komputer sebanyak itu. Di sekolah saya tahun ini jumlah siswa yang mengikuti UNBK adah 249 terbagi dalam 3 sesi. Dimana persesi harus tersedia perangkat komputer sebanyak 249: 3 = 83 komputer; Selama ini sekolah tempat saya bertugas dengan status ujian mendiri hanya mengandalkan laptop pinjaman dari orang tua siswa dan meminjam punya guru karena perangkat komputer disekolah tidak mencukupi untuk ujian sebanyak 3 sesi. Masalah lain yang muncul dengan laptop pinjaman adalah kita tidak bisa mengontrol kesehatan laptop pinjaman.tersebut. Hampir 30 persen laptop dari keseluruhan yang dikumpul tidak layak pakai dengan berbagai masalah seperti tombol keyboard rusak, track pad rusak, virus yang menghapus otomatis file eksekusi exambrow, tidak ada colokan LAN, driver LAN yang tidak cocok dan berbagai masalah lainnya. Sehingga walaupun tampaknya laptop orang tua yang dikumpulkan sudah cukup untuk ujian, namun jika hitung tetap kurang karena banyaknya laptop yang tidak layak pakai.

Masalah masalah lain yang saya alami sendiri dengan laptop pinjaman orang tua adalah kecemburuan orang tua yang punya laptop dengan yang tidak karena ada beberpa orang tua yang tidak mau berbagi dengan yang tidak punya laptop, menyusun tempat duduk yang rumit dimana si empunya laptop harus menggunakan laptopnya sendiri, laptop yang tertukar, rusak bahkan hilang akibat kesalahan pendataan.

Masalah kedua yang masih berkaitan dengan infrastruktur adalah belum ada jaminan dari PLN pada saat ujian berlangsung jaringan listrik tetap hidup dengan normal. Beberapa kasus yang saya alami adalah sering matinya listrik sehingga bisa mengganggu jaringan intranet naupun jaringan internet. Hal paling fatal jika UPS tidak bertahan lama untuk memberi kesempatan menonaktifkan VHD sehingga kerusakan fatal VHD bisa saja terjadi hanya karena jaringan listrik yang sering mati hidup. Pengadaan genset juga menjadi kendala disaat input arus yang kurang baik walaupun sudah diprotek dengan stabilizer.

Hal ketiga adalah kualitas jaringan internet. Alhamdulillah tahun ini sekolah sudah masuk jaringan internet milik telkom dengan kecepatan lebih dari cukup untuk 3 server. Namun ada catatan buruk untuk UNBK tahun lalu dimana 4 hari ujian, sekolah hanya mengandalkan modem USB karena jaringan internet melalui radio dengan kecepatan 2 mbps kualitasnya sangat buruk. Saat hari H berlangsung internet menyentuh 0 mbps dan tidak ada solusi apapun dari pihak provider.

2. Rentan kerusakan Hardware dan Software

Bekerja dengan mesin tidak bisa kita pastikan server bisa normal bekerja selama 10 Jam perhari selama 4 hari walaupun kadang sudah dipersiapkan semaksimal mungkin. Bayang bayang kerusakan server maupun perangkat lainnya selalu menghantui pekerjaan proktor dan teknisi dan harus diselesaikan saat itu juga. Berbicara menjaga agar hardware tetap berfungsi dengan baik, banyak hal yang harus diperhatikan mulai dengan penyediaan supply daya listrik ynag stabil, mendapatkan kualitas perangkat keras yang bagus sampai dengan cara perawatan perangkat. Sementara perangkat lunak tidak kalah pentingnya. Menjaga mesin VHD sebagai jantung perangkat lunak UNBK agar tidak terjadi kerusakan akibat mati listrik juga butuh perhatian tersendiri. Selain itu serangan virus pada server juga menjadi momok tersendiri baik yang terinfeksi melalui penyimpanan portable seperti flashdisk dan hardisk eksternal atau melalui jaringan LAN karena firewall masing masing perangkan dinonaktifkan.

3. Human error 

Begitu banyaknya step step yang harus dilakukan oleh proktor mulai dari menginput peserta UNBK di laman UNBK sampai dengan diakhiri dengan Membuat laporan hasil kegiatan dengan rentang waktu 4-5 bulan, sepertinya harus berkonsentrasi penuh terutama disaat saat kritis (pelaksanaan ujian). Hal ini bisa saja membuat proktor atau teknisi melakukan kecerobohan dengan melakukan tindakan sepele yang bisa saja mengakibatkan sesuatu yang fatal bahkan bisa membatalkan ujian. Kurangnya informasi dan dan tidak saling mengingatkan juga bisa menjadi faktor kelalaian beberapa tahapan yang harus dikerjakan namun terlewatkan begitu saja.

5. SOP kurang detil terutama saat terjadi kendala kerusakan VHD

Kebingungan proktor yang saya alami, tidak saya fahami dengan jelas jika plan A yang disosialisasikan selama ini tidak berjalan dengan mulus. Rentannya berbagai faktor penyebab kegagalan tidak diimbangi dengan rescue plan yang sebenarnya tidak kalah pentingnya dengan memahami SOP plan utama seperti bagaimana menggunakan server cadangan yang benar, atau bagaimana menngunakan VHD backup di server cadangan, cara memanfaatkan backup source atau transfer response.

3. Pembiayaan mahal

Diakui atau tidak pelaksanaan UNBK , sekolah membutuhkan biaya yang mahal mulai dari pengadaan perangkat komputer client sesuai jumlah peserta ujian, daya cadangan (genset), stabilizer dan UPS dengan kemampuan yang besar, infrastruktur jaringan LAN, Server Utama dan Server cadangan. Belum lagi biaya kerusakan kerusakan laptop yang dipinjam atau biaya mengganti laptop yang hilang. Tanpa ada bantuan dari pemerintah maupun stake holder lain, maka pelaksanaan UNBK akan tetap menuai masalah.

4. Keamanan

Jika dihitung sampai saat ini sudah banyak sekolah yang dibobol maling dan dicuri komputernya. Apalagi sekolah yang meminjam laptop dari orang tua dan laptopnya hilang dicuri tentu harus mengembalikannya lagi laptop yang hilang. Nah, masalah keamanan ini seharusnya menjadi catatan tersendiri baik bagi sekolah maupun pihak pihak terkait. Membuat ruangan lab yang sulit untuk dibobol maling, memasang CCTV, sampai memaksimalkan atau menambah  penjaga sekolah bisa menjadi solusi , namun sekali lagi kembali kepada pendanaan sekolah itu sendiri.

Advertisement

Baca juga:

------------- READ NEXT -------------