Refleksi : Keinginan Dalam Menjawab Tantangan Yang Dihadapi Seorang Guru

Refleksi : Keinginan Dalam Menjawab Tantangan Yang Dihadapi Seorang Guru

Bercerita tentang profesi yang konon menjadi pahlawan tanpa tanda jasa seakan tidak ada ujungnya. Berbagai tantangan dan permasalahan profesi pendidik sampai detik ini banyak yang masih belum mendapatkan solusi terbaik apalagi ditambah dengan musibah pandemi Covid19 yang menceraiberaikan perekonomian dunia sampai pada lumpuhnya pendidikan tatap muka. Tulisan kecil saya di artikel kali ini setidaknya ingin menggambarkan betapa berat beban yang dipikul seorang pendidik ditengah perubahan perilaku masyarakat dan kemajuan teknologi dalam mengembangkan kecerdasan anak, dan membangun karakter untuk menjawab tantangan masa depannya.

Refleksi : Keinginan Dalam Menjawab Tantangan Yang Dihadapi Seorang Guru


Di suatu kesempatan beberapa guru sering mengungkapkan keluh kesahnya tentang beratnya menjadi seorang guru disaat sekarang ini. Hal ini dibuktikan dengan semakin senangnya guru guru yang akan menjalani masa purna bakti dan bahkan ada yang menginginkan pensiun dini. Bagi saya hal ini bisa dimaklumi bukan karena faktor eksternal atau lingkungan saja namun juga bisa disebabkan karena faktor internal dari diri seorang uru salah satunya dalam membangun self-motivated seorang guru. Tantangan yang begitu besar sangat beragam dan dari segala arah baik dari pengambil kebijakan, siswa, masyarakat, sekolah bahkan dari dalam diri guru sendiri.


Tantangan IT dan Kurikulum.


Guru wajib membuat pembelajaran berbentuk slide, membuat video youtube, mengakses aplikasi gtk, mendaftar online, mengisi berkas online dan berbagai aktifitas lainnya sat ini sudah menjadi hal yang tidak bisa ditunda tunda lagi. Jika guru tidak bisa menyesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka ia akan bertambah lebih berat karena kemampuanya sudah tidak lagi didukung oleh sistem terbaru yang serba online. Selain itu perubahan tantangan zaman yang direfleksikan oleh perubahan kurikulum Pendidikan akan berdampak pada sistem pembelajaran guru di kelas. Guru harus mampu mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk aktifitas dan skenario pembelajaran yang tetap di klaim lebih efisien dan terarah baik dari segi sistem, guru, sekolah dan lain lain.


Tantangan perilaku siswa


Tantangan terberat menurut pendapat saya adalah menghadapi perilaku siswa yang dicerminkan oleh perilaku masyarakat pada umumnya. Perilaku masyarakat dan siswa sudah tercermin dengan banyaknya rambu rambu dan aturan Undang Undang yang lahir dan tampaknya membatasi dan mengebiri gerak guru mengotorisasi guru di kelas maupun diluar kelas dalam mendidik siswa. Sementara disisi lain perubahan perilaku siswa yang cenderung lebih aktif, sensitif, dan bahkan banyak yang melakukan tidakan kriminal akan membuat guru semakin menghabiskan waktu untuk menyusun strategi dan cara disatu sisi tidak melanggar aturan dan Undang Undang dan disis lain mampu meredam tingkah laku siswa yang semakin berandalan. Fenomena tawuran antar siswa, perkelahian siswa tidak bisa diselesaikan hanya oleh guru saja. Orang tua justru seharusnya yang lebih utama dimintai pertanggungjawaban. Kerjasama guru orang tua untuk tidak memberi kesempatan sekecilpun bagi anak untuk membuang buang waktunya diluar justru kadang membuat gayung tidak bersambut. Alasan klasik, kesibukan orang tua bekerja seakan membuat guru adalah pelengkap penderita dalam menyelesaian permaslahan anak.


Tantangan mengembangkan diri


Guru wajib mengembangkan kemampuan diri dalam meningkatkan profesi mengajar dan mendidik siswa. Berbagai pelatihan dan sosialisasi sering dilakukan baik oleh pemerintah (Dinas pendidikan) maupun oleh instansi lainnya. Kesemuanya diharapkan bagi guru untuk bisa memanage diri akan kemampuannya seperti salah satunya merencanakan pembelajaran, melaksanakannya dan mengevalusi pembelajaran. Kesemuanya tentu akan semakin dinamis sering dengan perkembangan terkini. Kemapuan mengembangkan profesionalitas melalui pengusaan perangkat komputer / laptop membuat soal melalui Mocrosoft Word, membuat penilaian menggunakan Mocrosoft Excel atau membuat materi pembelajaran menggunakan Microsoft Power Point sudah menjadi hal yang wajib dan tidak bisa ditunda tunda lagi sebagai kemampuan dasar untuk menguasai teknologi.


Tantangan kebijakan


Tantangan lainnya yang tidak kalah penting adalah tantangan kebijakan. Sebagai contohnya lebih dari 10 tahun lalu pemerintah telah melakuakn sertifikasi guru dan guru wajib berpendidikan S1. Maka guru yang bukan S1 harus meneruskan pendidikannya sampai S1 untuk tetap bisa mengajar. Kebijakan lainnya seperti guru harus mengajar minimal 24 jam selama seminggu, guru wajib mempunyai NRG untuk bisa menerima tunjangan sertifikasi dan banyak lagi kebijakan untuk guru lainnya yang harus dipenuhi agar bisa meningkatkan kualitas guru.


Tantangan Tugas tambahan


Banyak guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah atau wakil kepala sekolah dan tugas tambahan lainnya. Hal ini sah sah saja karena sudah diatur dalam perundang undangan. Namun kasus dimana guru yang ikut ikutan berpolitik praktis, guru yang terlibat korupsi menandakan bahwa tugas tambahan yang yang dibebankan seorang guru banyak yang salah kaprah. Guru dididk untuk mendidik dan mengajar di kelas namun dengan tugas tambahan yang diembannya guru harus mempu mengatur keuangan negara, guru harus mengambil keputusan yang tidak ada kaitannya dengan profesi seorang guru dan berbagai urusan diluar profesi guru lainnya. Ini tantangan luar bisa menurut saya dan sudah biasa terjadi dalam kehidupan sehari hari seorang guru.


Apa yang diinginkan seorang guru ?


Sebenarnya sangat sederhana menurut saya bahwa guru hanya ingin mengajar dan mendidik siswa dengan tenang. Satu hal yang mungkin kita lupakan saat ini bahwa ikatan batin yang kuat antara seorang guru dan siswa didalam kelas tampak sudah mulai memudar.


Waktu dan rasio jumlah siswa dan guru yang rasional


Salah satu cara untuk membangun kembali ikatan itu adalah dengan memberi waktu kepada guru lebih banyak kepada siswa dengan jumlah siswa yang ditangani sesuai dengan kemampuannya. Saya yakin semua guru dari lubuk hati paling dalam tetap bersemangat untuk mendidik jika waktu berinteraksi dengan siswa dimbangi dengan rasio jumlah siswa yang ditangani lebih rasional. Saya pernah membaca satu artikel versi ACDP (Analytical And Capacity Development Partnership) bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan rasio jumlah guru dan siswa yang timpang atau jumlah siswa yang ditangani terlalu banyak.


Menghilangkan tugas tambahan guru yang tidak relevan.


Banyak guru yang sulit menjalankan tugas pokoknya karena ditugaskan untuk menjadi operator sekolah, panitia pembangunan sekolah, bahkan hal hal lainnya yang sangat tidak relevan dengan tugas seorang guru yang mengajar dan mendidik siswa. Guru menginginkan hanya ingin mengajar dan mendidik karena kemampuan dan skill yang dipunyai untuk mendidik siswa.


Supervisi yang objektif


Ketiga adalah supervisi yang objektif. Pelaksanaan supervisi yang seakan hanya menjalankan prosedural. Bahkan cenderung menvonis menganggap salah tanpa memberikan bimbingan dan memberikan contoh pembelajaran yang baik. Hal ini cenderung membuat guru enggan untuk meningkatkan kinerjanya karena yang dilakukannya tetap ada kesalahan tanpa ada contoh nyata solusi yang diberikan didepan kelas.


Penghasilan yang memadai


Masalah klasik yang terjadi pada guru alhamdulillah pelan tapi pasti penghasilan guru mulai ditingkatkan bahkan ditenga pandemi sekarang ini Pemerintah membagikan 2 juta lebih BLT bagi guru. Namun belum ideal penghasilan guru jika dibandingkan dengan negara negara lain.


Sistem pengajaran tidak rumit dan berganti ganti


Perubahan kurukulum memang diperlukan untuk menjawab tantangan perkembangan zaman. Namun perlu diingat bahwa mengganti kurikulum juga mempertimbangkan bagi guru guru yang sudah sepuh dan sulit untuk beradaptasi dengan sistem yang baru. Sehingga yang terjadi apapun yang dilakukannya cenderung mengabaikan kurikulum terbaru karena sulitnya beradaptasi. Walaupun sebenarnya sistem baru dianggap lebih memudahkan guru dalam melakukan pembelajaran.


Pengurusan administrasi tidak dipersulit


Sering kita mendengar keluh kesah guru tentang tunjangan yang dipotong untuk pengurusan administrasi atau sulitnya mendapatkan sk kenaikan pangkat padahal sudah waktunya menjadi hak guru, namun belum didapatkan. 


Pengembangan diri guru mempertimbangkan kemampuan guru


Pelatihan pelatihan yang dilakukan guru tentu akan meningkatkan kemampuan guru seperti saat ini pemerintah telah meluncurkan program guru penggerak, namun pelatihan ini hendaknya mempertimbangkan kemampuan menterjemahkan program untuk mengkomunikasikannya kepada guru yang lain.


Selamat Ulang Tahun Guru Indonesia Tahun 2020 , semoga kita selau sehat wal'afiat dalam memdidik dan mencerahkan anak bangsa. Tetap semangat ditengah pandemi Covid19 yang belum berakhir.ini 

Advertisement

Baca juga:

------------- READ NEXT -------------